Kamis, 30 Desember 2010

Ups! This is Not a Story About Frog Prince and Beautiful Princess

Posted by atinawinasti at 00.37
Pernahkah kalian mendengar sebuah cerita yang berjudul "Pangeran Kodok dan Putri Cantik"? Pastinya cerita yang satu ini sudah tidak asing lagi untuk kalian. Namun, berbeda cerita kalau gue yang menceritakan cerita yang ini. Judulnya pun akan berubah menjadi "Pangeran Kambing dan Putri Cantik" 


Me and My Boyfriend



Alkisah pada suatu ketika hiduplah seorang raja yang kurus, namun dia sangat menyukai makanan. Sang raja dan permaisuri hidup bahagia dan dicintai rakyatnya. Sayangnya tidak semua orang menyukai raja yang baik ini. Ia adalah seorang penyihir jahat yang sejak lama sangat mendendam dengan kesuksesan sang raja. Dia sangat membenci semua hal yang berkaitan dengan sang raja. Si penyihir iri dengan semua hal yang dimiliki oleh sang raja.


Suatu ketika, ketika rasa irinya sudah begitu memuncak, si penyihir terbang dengan sapu bututnya ke istana sang raja. Karena kebaikan sang raja, si penyihir diterima dengan baik dan sopan. Namun, si penyihir langsung berkata "Aku membawa satu berita untukmu, raja sombong! Aku membawa kutuk untuk keluargamu. Aku mengutuk anakmu yang kamu banggakan itu menjadi kambing! Dia akan selamanya menjadi kambing, sampai ada putri cantik yang mencintainya setulus hati dan mencium bibirnya tanpa merasa jijik! Puah…!” si penyihir merapalkan mantera kutuk untuk putera sanga raja. Sambil berteriak dia kembali mengeluarkan kutukannya; “Pangeran putera mahkota akan menjadi kambing! Hahahaha! 

Sang raja terperangah ketika melihat puteranya yang tidur di buaian itu. Dia telah berubah menjadi manusia kambingPersis seperti yang diucapkan oleh si penyihir. Kulitnya telah tertutup oleh bulu yang berwarna putih dengan belang coklat dan hitam. Mulutnya pun telah berubah menjadi mulut kayaknya seekor kambing. Kepalanya telah dihiasi tanduk. Dan tangannya telah berubah menjadi kaki. Raja terduduk lemas. Dan dimulailah kemuraman kerajaan yang bahagia itu.

Waktu berlalu sang putera bertambah usia. Dan perkemabangan putera mahkota yang diharapkan meneruskan pemerintahan negeri itu semakin menyedihkan. Sang pangeran tak bisa bicara, hanya suara-suara aneh seperti katak setiap kali dia hendak bicara,“Embeekk…embeekk…!”

Suatu ketika, sang pangeran duduk di samping kandang kambing. Sang pangeran menyesali keadaan dirinya yang begitu malang. Dia menyesali rupa dirinya yang buruk. Tak ada seorang pun yang berani mendekatinya. Bahkan untuk ngobrol dengan orangtuanyapun dia tidak bisa. Dia iri melihat muda-mudi rakyat kerajaannya bermesra-mesraan dengan, berpandang-pandangan saling cinta. Ayahnya, sang raja, sampai saat ini masih menyelenggarakan sayembara untuk menghapus kutukan sang penyihir.

"BARANGSIAPA BERHASIL MENYEMBUHKAN PUTERA MAHKOTA DARI KUTUK PENYIHIR YANG JAHAT AKAN DIJADIKAN ISTRI PANGERAN".

Beratus-ratus puteri cantik dari berbagai kelas, tempat dan kerajaan berdatangan ke istana mencoba peruntungan mereka. Tapi ketika mereka masuk ke dalam kamar dan melihat keadaan sang pangeran yang sebenarnya, mereka para puteri itu berteriak kaget. Mereka jijik dengan rupa pangeran yang aneh itu. Apalagi mereka harus menciumnya? Hiiiy!!!

Sampai suatu ketika, ketika sang pangeran sedang menangisi dirinya di pinggir kandang, sebentuk jari halus menghapus air matanya. Pangeran terkejut, terpana. Seorang puteri duduk disampingya. Putri cantik bergaun putih, kulit tangan yang mulus. Mata yang indah. Senyum yang sumringah. Cantik mempesona.

Sang pangeran mundur menjauhi si putri, dia malu dengan keadaan dirinya. Dia berlari masuk ke kamarnya. Dia menangis berteriak keras, “Embeekk….! embeek..? embeekk…!” Sang putri jelita itu pelan berjalan ke dalam istana. Disambut lesu oleh sang raja. Dia mengutarakan niatnya kepada sang raja dan permaisuri. Lalu diantarlah si puteri dengan penuh harap akan kesembuhan puteranya.

Sampai di depan pintu kamar pangeran, permaisuri mengetuk pintu. “Nak… puteraku sayang, bukalah pintu kamarmu. Ada seorang putri cantik yang ingin menolongmu, Nak. Bukalah pintunya.” Tak ada jawaban dari dalam. Tapi tak lama kemudian pintu dibuka, sedikit. Terlihat mata yang mencorong itu mengintip dari sela-sela pintu. Mencari-cari puteri yang dimaksud ibunda permaisurinya. Ternyata putri yang tadi menghapus air matanya di taman!
Dibukalah pintu oleh sang pangeran. Dan ditariknya tangan si puteri kasar. Permasuri terkejut dan mencoba ikut masuk. Tapi si putri memberi tanda agar membiarkan mereka berdua saja di dalam kamar. Pintu kamar tertutup kembali. Rapat.

Di dalam kamar yang luas dan mewah itu, si pangeran kodok duduk di lantai menjatuhkan kepalanya di lutut puteri yang duduk anggun di atas kursi. Pangeran kambing menangis tersedu, “embeekk…embeekk…” dia hendak mengatakan "Tolong aku, puteri, tolong aku. Cabutlah kutukan ini. Aku tak tahan lagi. Aku ingin mati saja jika kutukan ini tak hilang dariku.” Si putri membelai lembut kepala berwarna putih itu. Dia mengerti apa yang dikatakan oleh si kodok. Dipandanginya mata belok yang mencorong itu, dalam. Mereka seperti bicara dari hati ke hati. “Aku akan menolongmu. Aku mencintaimu.” 
Lalu, si putri mencium sang pangeran. Dan tiba-tiba, Buzzzh! Asap tebal menyelimuti tubuh sang pangeran, memenuhi ruang kamar. Dan ketika asap itu sudah mulai berkurang, samar terlihat pangeran yang berwarna putih tadi telah hilang. Tubuhnya berganti rupa menjadi tubuh manusia yang sempurna, sehat, kekar, dan tentu saja wajahnya yang tampan. Si puteri terpana dengan pemandangan di hadapannya. Pintu kamar terbuka. Dan pangeran tampan itu keluar memeluk ibunda permasuri.
The End

0 comments:

Posting Komentar

 

THE OTHER SIDE Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review