Jumat, 04 Februari 2011

Tak Akan Pernah Kembali

Posted by atinawinasti at 22.35
Sebenernya pantangan buat gue untuk posting di blog tentang cerita-cerita yang sedih. Kenapa? Karena bagi gue tidak layak cerita pribadi yang sedih untuk di baca semua orang yang membuka blog kita. Cukup sebagian orang saja yang mengetahui. Orang terpercaya. Tidak mau di kasihani. Itu dia! Itu yang gue maksud.

Tapi entah kenapa, gue tiba-tiba ingin menceritakan sesuatu yang sudah hilang sejak lama di hidup gue, di hati gue. Apa itu? Kebahagian.

Mungkin kalo kebahagian yang sesungguhnya gue setiap hari sudah mendapatkannya. Tapi untuk kebahagian yang lainnya sudah lama gue tidak merasakannya.

Hilang. Sekitar 10 tahun yang lalu. Lama sekali.

Kebahagian kala gue masih sangat kecil. Pergi kesana kemari bersama ortu dan kakak. Malam minggu bersama. Makan ataupun hanya sekedar bermain di permainan yang ada di Mall. Berbelanja ini itu. Rekreasi.

Semua telah tiada. Seiring alm. Ayah tercinta sakit untuk pertama kalinya saat gue masih kelas satu SD. Hidupku berubah. Nyokap tetap survive menjalani hidup. Gue dan kakak tabah. Mulai terbiasa.

Waktu berjalan. Tapi gue selalu ingat masa-masa indah itu. Saat gue menangis karena pulang sekolah tak mau pulang dengan jemputan (awal kelas satu SD). Menelfon bokap dan dijemput. Begitu pula saat berangkat sekolah. Nyokap pun di antar dan dijemput. Senang. Bahagia. Sempurna. Berulang tahun dengan perayaan yang meriah.

Namun sampai pada akhirnya gue benar-benar harus menyadari bahwa semuanya sudah berubah. Saat bokap sakit untuk kedua kalinya, ketika gue duduk di kelas satu SMA. Dan tak lama, bokap telah meninggalkan nyokap, kakak dan gue. Semua menangis. Kehilangan. Terasa sangat hampa keluarga ini. Lagi dan lagi nyokap tegar. Sangat tegar.

Tidak akan ada lagi celotehan dan cerita dari bokap. Tidak akan ada malam minggu bersama sejak 9 tahun yang lalu. Tidak ada lagi kata "jemput" sejak 9 tahun yang lalu. Gue pulang sendiri. Mandiri. Tidak ada lagi perayaan ulang tahun yang meriah. Dan tentunya, tidak ada lagi pertengkaran antara gue dan bokap. Menyesal. Sangat menyesal untuk kalimat yang terakhir itu.

Ayah, semoga kamu bisa menyaksikan dari surga saat aku dan kakak melemparkan topi toga atas kelulusan kami dengan nilai yang sempurna. Dan engkau pun akan melihat istrimu tersenyum bahagia saat aku dan kakak berhasil membahagiakannya dengan kesuksesan kami dalam berkarir. 


        Miss you dad :) 

0 comments:

Posting Komentar

 

THE OTHER SIDE Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review